oleh

Anak-Anak Korban Erupsi Gunung Semeru Bersekolah di Tenda Darurat

Bekasi Kompas Rakyat
Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang menyediakan tenda darurat untuk menggelar pendidikan
karena sebagian sekolahan masih digunakan sebagai posko pengungsian dan logistik.
Mereka menempati tenda berukuran besar yang didirikan di halaman rumah warga di Desa Sumber
Mujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.
Hasil pendataan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang sekitar 24 unit
gedung sekolah terdampak bencana letusan Gunung Semeru.
Total ada sekitar 172 siswa di desa terdampak erupsi Gunung Semeru mulai mengikuti kegiatan
belajar. Meski hanya di tenda darurat, anak-anak korban bencana ini tetap ceria mengikuti arahan
dari gurunya.
Mereka berasal dari SD Negeri Supit Urang 03, SD Negeri Sumber Wuluh 02 dan SD Negeri
Sumber Mujur 01.
Para guru tidak ingin anak didiknya ini terpengaruh dengan erupsi Gunung Semeru yang telah
meluluh lantakkan desa mereka.
Handoko, Guru SD Negeri Sumber Mujur 01 mengatakan, karena ini darurat, kondisional, jadi
melakukan pembelajaran kepada siswa yang jadi korban terdampak erupsi.
“Pola pembelajarannya untuk sementara hari pertama kita minta masuk semuanya karena untuk
pendataan. Untuk selanjutnya kita kelompokan dari 3 sekolah yang belajar mengajar di tenda
darurat ini,“ katanya.
Akibat erupsi Gunung Semeru pada Sabtu, 4 Desember lalu, Gedung SD Negeri Supit Urang 03,
dan SD Negeri Sumber Wuluh 02 tersapu awan panas guguran (APG). Akibatnya, anak-anak
sekolah yang berasal dari desa setempat harus diungsikan ke Desa Sumber Mujur dan menempati
tenda darurat agar bisa tetap belajar.
Sedangkan siswa siswi SD Negeri Sumber Mujur 01 belajar di tenda darurat karena gedung
sekolah mereka ditempati para pengungsi dari Desa Supit Urang dan Sumber Wuluh.
Untuk sementara mereka belajar mulai pagi hingga siang, tergantung dari pengaruh cuaca di
sekitar Gunung Semeru. Sementara itu, anak TK riang gembira, bernyanyi dan bermain bersama
guru mereka.
Dalam sekolah darurat ini, mereka tidak sepenuhnya mendapat pembelajaran formal. Melainkan
fokus untuk mengembalikan semangat para siswa untuk bangkit dari keterpurukan. Rata-rata, 75
persen siswa merupakan warga Dusun Sumbersari, desa paling terdampak.
Sebagian besar mereka tetap semangat bersekolah meski tidak berseragam, bahkan tak mempunyai
peralatan sekolah. ”Yang penting ketemu temen-temen dan belajar sama Pak Guru, biar pinter,”
ujar Noval.
Hal senada dikatakan Maruf Ramadhani (11) yang sudah bosan sehari-hari di tempat pengungsian.
Dia bersama orang tuanya mengungsi di SDN 04 Supiturang sudah sepekan ini. Meski hanya
sekolah apa-adanya, dia tetap senang.
Anak-anak Korban Erupsi Gunung Semeru Penuh Semangat Saat Kembali Sekolah (2)
”Udah bosan gak ngapa-ngapain di pengungsian. Senang bisa ketemu temen-teman lagi sama Pak
Guru,” kata Dhani yang tinggal di Dusun Gumuk Mas ini.
Digelarnya sekolah darurat ini disambut baik para orang tua siswa. Seperti dikatakan Lutfiyah (45)
yang juga lega anaknya bisa kembali beraktivitas. Selama 7 hari ini, pendidikan anaknya
terbengkalai dan waktunya habis untuk bermain saja di tempat pengungsian.
”Kami orang tua kan sudah bingung ngungsi, mikir rumah. Udah gak sempet ngajar anak,
membimbing anak. Tau ada kabar sekolah ini saya lega sekali. Seneng juga liat anak-anak saya
ceria lagi,” tuturnya.
Terpisah, Suprapto, Kepala Sekolah SDN Supiturang 04 menerangkan jika sekolah darurat ini
mulai digelar untuk mengembalikan semangat anak-anak meski dipukul bencana. ”Kami harap
dengan sekolah darurat ini mereka bisa bangkit dari rasa trauma dan kembali ceria,” paparnya.
Kata dia, total sekolah darurat yang dibuka bagi warga desa terdampak di kaki gunung Semeru ini
ada di 4 titik. Disana, mereka tidak hanya dapat pendidikan formal, melainkan edukasi bencana.
Sementara itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan dinas terkait akan mengupayakan agar anakanak ini kembali mendapat seragam dan peralatan sekolah lengkap. Pasalnya, 75 persen rumah
dari siswa ini tertimbun endapan material vulkanik.
”Sekolah darurat ini akan tetap dibuka sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Karena bangunan
sekolah kan juga masih dipakai mengungsi,” ujarnya.(UPB/Kelompok 4)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

News Feed